Lestari!!! Lah lamo ndak k Gunuang.. Taragak.. Paubek taragak.. Ditulis2 juolah.. Moga bermamfaat
S.T.O.P.
Belakangan ini, makin banyak terjadi insiden yang di alami oleh para penggiat alam, khususnya Pendaki Gunung. Baru baru ini seperti yg menimpa teman2 yg mengalami insiden di gunung sundoro, dan katanya masih ada satu lagi yg belum ditemukan. Jika di lihat kebelakang, berapa banyak yg hilang dan tewas gegara mendaki gunung.
Kegiatan pendakian gunung adalah kegiatan yg cukup berbahaya dan perlu pemahaman atau ilmu untuk mengurangi maupun menghindari resiko tersebut. Dalam ilmu2 pengetahuan alam bebas secara teoritis dikenal dua bahaya (faktor) yg mempengaruhi kegiatan pendakian gunung. Faktor tersebut ialah faktor objektif(alam) dan faktor subjektif(manusia).
Faktor objektif adalah faktor dari alam itu sendiri, seperti udara dingin,Badai,lonsor,dan lain sebagainya. Walaupun faktor alam tak bisa di ubah tetapi dapat diminimalisir atau mengurangi dampak negatifnya dengan mengetahui dan mempelajari gejala alam itu sendiri. Karena biasanya kejadian alam akan memberikan tanda tandanya contoh; Hujan dg tanda awan yg tebal. Faktor(bahaya)subjektif adalah faktor dari diri manusia sendiri, faktor subjektif dapat diketahui dan di prediksi, seperti ketahanan tubuh terhadap kelelahan, cuaca dingin dan lainnya. Biasanya insiden yg terjadi lebih banyak di pengaruhi oleh faktor subjektif ini, karena memaksakan diri.
Untuk itu sebelum melakukan pendakian di haruskan untuk membekali diri dengan pengetahuan ttg kegiatan pendakian seperti manajemen perjalanan,navigasi,survival maupun pengetahuan botani dan zoologi atau lebih keren dg Bozoo. Dari bebagai pengalama yg terjadi, biasanya pendaki ketika mengalami insiden (tersesat,kelelahan dsb) memaksakan diri terus berjalan yg pada akhirnya emosional yg di tonjolkan bukan Logika (pengetahuan) untuk keluar dari insiden.
Dalam pengetahuan Survival, pada kodisi insiden ada beberapa langkah yg mesti dilakukan yg dikenal dg istilah STOP. STOP adalah Singkatan dari S(Stop) T(Thinking) O(observasi)
P(plaining).
1.Stop (berhenti)
Ketika mengalami insiden seperti tersesat, langkah pertama dilakukan adalah berhenti. Berhenti bisa untuk beristirahat maupun untuk mengendalikan emosi, karena ketika mengalami insiden emosi akan cepat muncul dan biasanya keputusan yg diambil adalah keputusan2 emosioanal. Bisa saling menyalahkan, menyelamatkan diri sendiri dan lainnya.
2.Thinking(berfikir)
Setelah menyadari tersesat atau mengalami insiden dan berhenti, berikut yg dilakukan ialah mulailah berfikir, berfikir untuk mecari jalan keluar dari kondisi insiden. Kehilangan fikiran sehat ataupun bengong atau emosioanal akan memperparah kondisi.
3.Observasi (pengamatan)
Ketika emosi sudah terkendali mulai amati wilayah sekitar, bentuk kontur tanah, pepohonan sekitar dan lain2nya. Amati semuanya dengan sedetail mungkin, karena setiap tingkat ketinggian memiliki ciri khas tersendiri, jenis rumput,atau pohon. Ketebalan lumut pohon dan lainnya.
4.Plaining (buat perencanaan)
Langkah selanjutnya, ialah bikin perencanaan yg akan dilakukan untuk keluar dari insiden tersebut. apakah akan melakukan survival pasif (bertahan di lokasi sembari berusaha mengirim signal bantuan ke lingkungan luar) atau lakukan survival dinamis (bertahan dengan terus melakukan perjalanan mencari bantuan).
Demikian sekelumit pengetahuan tentang bagaimana memahami insiden di gunung dan cara menghadapinya. Yang paling utama ialah tetap memahami tentang kondisi fisik dan manajemen yang baik.
Mendaki gunung sesungguhnya bukan sekedar gagah gagahan, bukan sekedar nikmati indahnya sunrise atau minum kopi. Mendaki gunung adalah pencarian dan memahami arti Hidup dan kehidupan.
Semoga bermamfaat..
By;Djampank 08.VI.068.Mst